Senin, 24 Juni 2013

RDBMS pada SIG

           RDBMS ( Relational Database Management System) adalah program yang melayani sistem basis data yang entitas utamanya terdiri dari tabel-tabel yang mempunyai relasi dari satu tabel ke tabel yang lain. Suatu database terdiri dari banyak tabel. Tabel ini terdiri dari banyak field yang merupakan kolomnya. Isi tiap baris dari tabel inilah merupakan data.
Untuk membuat sistem basis data yang terintegrasi maka antara satu tabel dengan tabel lain mempunyai hubungan yang harus selalu diperlihara. Setiap tabel mempunyai sebuah primary key, primary key ini kemudian dihubungkan dengan tabel kedua dan menjadi foreign key untuk tabel kedua ini. Dengan relational database ini maka data akan secara konsisten disimpan di suatu tabel, kemudian tabel lain yang membutuhkan data lainnya tinggal menghubungkan melalui foreign key.
Berbagai macam relasi dalam database
  1. one-to-one
  2. one-to-many
  3. many-to-many
RDBMS akan menjaga agar data-data yang menjadi kunci relasi yang foreign_key dan primary_key ini merupakan data-data yang benar-benar berkaitan satu dengan yang lain. Jika ada data yang salah relasinya, maka RDMBS akan menolak data tersebut. Ini akan memudahkan pembuat program (software developer) dalam melakukan coding karena dibantu pengecekan secara otomatis oleh RDBMS.
RDBMS memiliki banyak karakteristik yang membedakan dari model penyimpanan data lainnya. Perbedaan yang paling penting adalah pemisahan segi fisik dari segi logika suatu data. Dalam RDBMS, seluruh data secara logika tersimpan di dalam tabel-tabel, yang merupakan kumpulan dari baris dan kolom. Sistem pencarian data di dalam RDBMS menggunakan index yang merupakan struktur data yang terpisah dari tabel dan menyimpan hanya nilai terstruktur dari kolom-kolom dan alamat fisiknya. Disamping itu dengan didukung oleh penggunaan index dapat mempercepat proses pencarian data di dalam database.
Faktor penting lainnya dari arsitektur RDBMS adalah integrity constraints. Dengan Integrity Constraints tabel-tabel dihubungkan dengan key. Key adalah beberapa kolom atau kombinasi kolom kolom yang secara unique mengidentifikasi setiap tabel. Sebuah key yang secara unique bagi suatu tabel dapat berdiri sebagai kolom yang tidak unique bagi tabel lainnya. Integrity Constraints adalah aturan "build in" yang secara otomatis berpengaruh dalam mempertahankan integritas database.
Aturan-aturan integritas ini biasa dibuat atau dirancang oleh seorang perancang database. Karakteristik penting lainnya dari arsitektur RDBMS adalah adanya "Optimizer". Optimizer adalah sebuah sistem pakar yang bertugas untuk menentukan cara pemrosesan yang paling efesien bagi suatu database.

Perlunya Pembentukan Data Base dalam Rangka Implementasi SIG Untuk Kepentingan Pertahanan
Sebelum membahas lebih jauh tentang data base SIG, perlu diketahui mengenai data base atau basis data yaitu merupakan kumpulan data yang dapat digunakan bersama oleh sistem-sistem aplikasi yang berbeda. Sedangkan menurut Fathan (Eddy Prahasta, 2001) data base dapat didefinisikan dari beberapa sudut pandang :
a. Himpunan kelompok data (file/arsip) yang saling berhubungan dan diorganisasikan sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.
b. Kumpulan data yang saling berhubungan dan disimpan bersama sedemikian rupa tanpa pengulangan yang tidak perlu (reductancy) untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
c. Kumpulan file/table/arsip yang saling berhubungan dan disimpan di dalam media penyimpanan elektronik.
Pada prinsipnya data base SIG tidak jauh berbeda dengan data base pada umumnya, hanya saja karena SIG bertumpu pada penyajian data yang berkorelasi dengan spasial/lokasi. Jadi apa bila sistem data base lainnya umumnya berupa teks, table dan grafis, maka pada data base SIG selain data atribut tersebut juga dilengkapi dengan data base peta dasar yang justru menjadi unsur utama, sebab semua tampilan data lain bersifat atribut yang diletakkan pada lokasi di atas peta/citra satelit.
Menurut Eddy Prahasta, secara garis besar perbedaan basis data spatial dengan basis data biasa terletak pada :
a. Adanya kebutuhan mengenai data (basis data) spasial sedangkan sistem basis data biasa tidak membutuhkannya. Basis data spasial membutuhkan peta dasar untuk penyajian data tersebut menjadi peta tematik.
b. Diperlukannya entity (obyek dasar) spasial sebagai konsekuensi adanya kebutuhan basis data spasial agar dapat berhu-bungan dengan entity-entity lainnya dalam sistem tersebut.
c. Diperlukan entity spasial tambahan untuk mendukung entity spasial dasar yang dimuat pada suatu layer. Sebagai contoh untuk membuat analisa kesesuaian lahan pertanian membutuhkan layer lain berupa peta kemiringan tanah, jumlah curah hujan, jenis tanah, ketebalan lapisan tanah dan lain-lain yang ditampilkan pada layer-layer yang lain.
d. Relasi entity berdasarkan ko-ordinat-koordinat obyek. Informasi yang dimuat pada masing masing layer bila ditampalkan/overlay selalu dapat dicari kesamaan lokasi suatu obyek dari suatu peta ke peta yang lain.
e. Entity dengan flat table.
f. Relasi entity pada model data spasial rasterEntity spasial yang diimplementasikan sebagai data rastermenggunakan relasi-relasi berdasarkan koordinat-koordinat obyek-obyeknya (frame).
g. Atribut atau field di luar perancangan. Di dalam SIG sering kali muncul atribut-atribut atau fields tambahan di luar kendali si perancang. Atribut-atribut ini tidak dirancang dan diimplementasikan oleh si perancang, tetapi dibuat secara otomatis oleh perangkat data base manajemen sistem SIG yang bersangkutan dengan tujuan-tujuan efektifitas, efisiensi, atau kemudahan pemrosesan dan manipulasi data spasialnya.
h. Penjagaan integritas basis data. Untuk mencegah rusaknya basis data dan data spasial yang terkait akibat kemudahan diakses oleh pengguna, digunakan penjagaan integritas di tingkat aplikasi. Artinya aplikasi akan mencegah pengguna dari tindakan-tindakan yang dapat merusak basis datanya.
Konsekuensi dari tuntutan yang harus dipenuhi dari perbedaan tersebut di atas, maka proses pembangunan atau pembentukan data base SIG lebih rumit dan lebih besar dari basis data yang lain, hal ini disebabkan adanya keharusan untuk mengikut-sertaan data peta dasar baik berupa peta vector (koordinat x,y), raster-raster (berdasarkan elemen gambar/pixel) ataupun peta topografi. Kemudian agar dapat diintegrasikan dengan data atribut peta-peta dasar tersebut harus melalui proses digitasi atau scanning. Oleh sebab itu pembentukan data base SIG akan merupakan kegiatan yang paling besar dalam pengaplikasian SIG dimana pada proses ini melibatkan banyak tenaga, memakan waktu, membutuhkan biaya besar, diperkirakan >60% sumber daya yang diperlukan terpakai pada pembentukan data base.
·         Perlunya pembangunan data base SIG untuk pertahanan.
Mengingat bahwa aspek pertahanan bagi tiap-tiap Negara merupakan unsur vital, maka tentunya segala penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan pertahanan perlu mendapat prioritas, karena elemen dari pertahanan tidak hanya meliputi persenjataan (Alutsista) dan personil militernya saja, tetapi juga mencakup hal-hal lain antara lain proses perencanaan dan sistem yang digunakan dalam mendukung perencanaan dalam hal ini dapat dimasukkan SIG sebagai alat bantu pemberi data/informasi dalam rangka pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.
Sebagai contoh pentingnya pengembangan basis data SIG untuk pertahanan, Australia dalam bulan April 2003 melalui Defence Topographic Agency (DTA) menyelenggarakan proyek PARARE senilai 18.42 Juta dollar dimana melalui sistem ini dihasilkan data digital lengkap dan fasilitas produksi peta dengan kunci keuntungan sistem ini adalah kemampuan menghasilkan produk-produk digital dalam format ESRI (Environmental System Recearch Institut) yang dapat memenuhi segala kebutuhan pengguna di bidang pertahanan . Proyek ini merupakan lanjutan dari proyek GIS componentyang dilaksanakan sejak November 1998 (ESRI Australia, 2003). Proyek SIG utama Australia lainnya adalah SEA 1430 yang bertujuan untuk mendukung pemetaan nautika maritime dan pengembangan data base digital hydrografi senilai 30 juta dolar (Nigel Conolly, 2003). Bagaimana dengan Indonesia?
Luas wilayah Republik Indonesia yang terbentang dari 9445BT sampai 14105BT dan 60 08’ LU sampai 11015’ LS, dimana untuk daerah khatulistiwa 10 ekivalen dengan 111 km, + 7.70.000 Km2 dengan luas daratan+ 1.900.000 Kmdan luas lautan + 5.800.000 Kmterdiri atas + 300.000 Km2 laut teritorial, 2.700.000 Km2laut pedalaman dan 2.000.000 Km2 laut ZEE (Sobirin, A.R., 2002). Ditinjau dari luas wilayah maka upaya untuk pengawasan dan pengelolaan dari segi pertahanan bila dihadapkan dengan keterbatasan alat peralatan dan sarana prasarana lainnya menjadi sangat sulit. Sebagai contoh dari segi pengamanan wilayah perairan Indonesia terahadap kegiatan pencurian ikan oleh nelayan asing masih sulit diatasi, terbukti dengan maraknya aktivitas pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan Thailand di perairan ZEE, hanya sedikit yang dapat ditangkap oleh kapal patroli TNI-AL. Demikian pula halnya dengan pencurian kayu seperti yang terjadi di beberapa daerah perbatasan RI – Malaysia.
Salah satu upaya yang dapat membantu dalam pengamatan dan pengawasan wilayah adalah tersedianya data spasial baik darat dan laut baik berupa data konvensional (peta topografi, peta bathymetri/hidrografi) maupun peta digital yang telah dilaksanakan oleh TNI-AD, TNI-AL dan TNI-AU, demikian pula oleh badan/Instansi Pemerintah seperti Bakosurtanal, LAPAN, Deptrans dan lain sebagainya sesuai kebutuhan masing-masing badan/Instansi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar